EFEK ANTIDIABETES DAN IDENTIFIKASI
SENYAWA DOMINAN DALAM FRAKSI
KLOROFORM HERBA CIPLUKAN
(Physalis angulata L.)
Sediarso, Hadi Sunaryo, dan Nurul Amalia
Jurusan Farmasi, FMIPA Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka,
Jakarta 13460
korespondensi: sediarso@yahoo.com
ABSTRACT
To reveal the dominant substances contribute to antidiabetic effect of Physalis angulata
herbs, an antidiabetic test had been done on chloroform fraction of the herbs eluted with
methanol-ammoniak. Identification of active substances was done by GC-MS.
Antidiabetic test was done using 30 male mice (Mus musculus) strain ddY. The blood
samples was taken on day-7 and day-14. Results showed that sugar blood level of the
treated mice was significantly decreased, and reached normal level on day-14.
Identification with GC-MS revealed that dominant substances in chloroform fraction of
Physalis angulata herbs were unsaturated fatty acids, i.e. Hexanoic acid, Hexadecanoic
acid methyl ester, 9-Octadecenoic acid methyl ester, Oleic acid butyl ester, 9-
Octadecenoic acid, 1,2-Benzendicarboxylic acid, and Aplysterylacetate.. Beside fatty
acids it was also found Nordextromethorphan, an alkaloid substance. In conclusion,
chloroform fraction of Physalis angulata herbs had antidiabetic avtivity and the dominant
substances were unsaturated fatty acids and alkaloid Nordextromethorphan.
Keywords: Physalis angulata L., antidiabetes, identification, GC-MS
ABSTRAK
Untuk mengetahui senyawa dominan dalam herba ciplukan yang mempunyai efek
antidiabetes, maka dilakukan uji antidiabetes fraksi kloroform yang dieluasi dengan
metanol-amoniak, selanjutnya diidentifikasi kandungannya dengan kromatografi gas
spektrofotometri massa (KGC-MS). Pengujian dilakukan dengan menggunakan 30 ekor
mencit putih jantan (Mus musculus) galur ddY. Masing-masing mencit diambil sampel
darahnya pada hari ke-7 dan hari ke-14, untuk diuji kadar gula darahnya. Hasilnya ketiga
dosis menunjukkan penurunan kadar gula darah secara signifikan pada hari ke-7, tetapi
penurunannya belum mancapai kadar normal, sedangkan pada hari ke-14 seluruh
perlakuan menunjukkan penurunan kadar gula darah secara signifikan dan
penurunannya telah mencapai normal. Hasil identifikasi dengan KGC-MS menunjukkan
kandungan dominan fraksi kloroform yang dieluasi dengan metanol-amoniak adalah
golongan asam lemak tidak jenuh berantai panjang yaitu asam heksanoat, metil
heksadekanoat, metil 9-oktadekanoat, butil oleat, asam 9-oktadekanoat, asam 1,2-
benzendikarboksilat, dan Aplistearilasetat. Di samping asam lemak tidak jenuh,
ditemukan pula senyawa alkaloid yaitu Nordextromethorphan. Dapat disimpulkan bahwa
fraksi kloroform herba ciplukan mempunyai efek antidiabetes dan mempunyai kandungan
senyawa golongan asam lemak tidak jenuh dan alkaloid Nordextromethorphan.
Kata kunci: Physalis angulata L., antidiabetes, identifikasi, KGC-MSJurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 63 - 69
64
PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan berbagai jenis
flora yang secara empiris banyak
dimanfaatkan sebagai obat. Agar
peran obat tradisional dalam
pengobatan lebih meningkat, maka
diperlukan upaya pengenalan,
penelitian dan pengujian khasiat serta
keamanannya. Kemungkinan lebih
lanjut adalah penelitian kandungan
senyawa aktifnya untuk dijadikan obat
sintetik.
Tumbuhan ciplukan merupakan
salah satu obat tradisional yang
sudah dikenal masyarakat. Oleh
masyarakat banyak digunakan
sebagai peluruh seni, obat bengkak,
memperbaiki pencernaan,
antiinflamasi, desinfektan, asma,
batuk rejan, bronkitis, orkitis, bisul,
borok, kanker, tumor, leukemia dan
kencing manis (1, 2). Telah dilakukan
penelitian pra-klinik ekstrak etanol
daun ciplukan pada mencit putih,
hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak
etanol daun ciplukan mempunyai
aktivitas antidiabetes pada kisaran
dosis antara 10 mg/kg bb sampai 100
mg/kg bb (3, 4). Ciplukan telah
diketahui mengandung berbagai
macam senyawa, antara lain adalah
asam klorogenat, asam elaidat, asam
sitrat, asam malat, tanin, kriptoxantin,
fisalin, saponin, terpenoid, flavonoid,
polifenol, alkaloid dan steroid (1). Dari
berbagai senyawa ini, perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut senyawa atau
golongan senyawa apa yang
mempunyai aktivitas antidiabetes.
Mula-mula daun ciplukan diekstrasi
dengan etanol 70%, kemudian
ekstrak yang didapat difraksinasi
dengan kloroform (5). Fraksi kloroform
yang didapat diujikan terhadap mencit
putih apakah mempunyai aktivitas
antidiabetes. Jika hasilnya positif
memiliki aktivitas antidiabetes,
senyawa yang terkandung dalam
fraksi kloroform tersebut diisolasi dan
diidentifikasi struktur kimianya.
Dengan demikian diharapkan dapat
diperoleh salah satu golongan
senyawa dari herba ciplukan yang
mempunyai aktivitas antidiabetes.
METODOLOGI PENELITIAN
Alat
Neraca analitik, neraca hewan, alat
maserasi, rotary evaporator, kolom
kromatografi, alat KLT, kandang
hewan, kromatografi gasspektrofotometer massa, lampu UV,
jarum dan alat suntik, mortir dan alu,
tangas air, gunting, indikator
universal, kapas, plester, buret,
termometer, Haemo-glucotest life
scan sure step (Johnson & Johnson
company), kertas saring, pisau, alat
gelas secuklupnya.
Bahan
Herba ciplukan (Physalis angulata
L.) yang diperoleh dari Balittro Bogor,
mencit putih jantan (Mus musculus L.)
galur DDY dari Balitbangkes Jakarta,
etanol 80 %, metformin HCl, aloksan
tetrahidrat, asam sulfat 2M, kloroform,
amoniak, metanol dan aquadest,
silica gel.
Cara kerja
Pembuatan ekstrak dan fraksi
kloroform herba ciplukan: Herba
ciplukan setelah dipanen, dipisahkan
dari bagian kotorannya, dicuci,
ditiriskan, kemudian dikeringkan dan
dibuat serbuk. Ditimbang 500 g
serbuk simplisia dengan derajat halus
25/40, diekstraksi dengan cara
maserasi mengggunakan etanol 70%
hingga negatif (5). Ekstrak yang
diperoleh dipekatkan dengan
penguap berputar (rotary evaporator)
yang divakumkan hingga diperoleh
ekstrak kental. Ekstrak kental etanol
diasamkan dengan asam sulfat 2 M
dan diekstraksi dengan kloroform.
Lapisan air asam yang diperoleh,
dibasakan dengan amoniak hinggaEfek Antidiabetes dan Identifikasi Senyawa Dominan Dalam Fraksi Kloroform Herba Ciplukan
(Sediarso, Hardi Sunaryo, dan Nurul Amalia)
65
pH 10, kemudian diekstraksi dengan
kloroform-metanol (3:1) sebanyak 3
kali. Fraksi kloroform diuapkan
dengan rotary evaporator, kemudian
dikeringkan pada suhu 500 C.
Hasilnya digunakan untuk pengujian
selanjutnya.
Dosis metformin: Dosis lazim
metformin untuk pemakaian pada
manusia adalah 500 mg sehari (6, 7).
Untuk mencit digunakan dosis 1,3
mg/20 g bb. Jumlah pemberian
adalah 0,5 ml/20 g bb mencit,
sehingga dibuat larutan metformin
dengan kadar 2,6 mg/ml.
Dosis fraksi kloroform herba ciplukan:
Berdasarkan data penelitian, herba
ciplukan mempunyai aktivitas
antidiabetes pada dosis setara
dengan 100 mg ekstrak, dan setelah
dikonversikan setara dengan 0,26
mg/20 g bb mencit (3). Berdasarkan
hal tersebut, dibuat variasi dosis
untuk fraksi kloroform ekstrak herba
ciplukan sebesar 0,13 mg/20 g bb,
0,26 mg/20 g bb, dan 0,52 mg/20 g bb
mencit. Pemberian pada mencit
sebanyak 0,5 ml, jadi dibuat larutan
fraksi kloroform dengan kadar 0,26
mg/ml, 0,52 mg/ml dan 1,04 mg/ml.
Persiapan hewan percobaan: Hewan
percobaan diadaptasikan terlebih
dahulu selama 2 minggu dengan
lingkungannya. Makanan dan
minuman selama pemeliharaan dan
percobaan diberikan sama secara ad
libitum. Selama pemeliharaan, bobot
hewan ditimbang dan diamati
perilakunya. Hewan-hewan yang
dinilai sehat digunakan dalam
percobaan, yaitu bila selama
pemeliharaan bobot hewan tetap atau
mengalami kenaikan dengan deviasi
maksimum 10 % dan menunjukkan
perilaku yang normal (8).
Pembuatan mencit hiperglikemik:
Mencit dibuat hiperglikemik dengan
cara diberi suntikan aloksan
tetrahidrat dosis 70 mg/kg bb (9, 10).
Pengukuran kadar glukosa darah:
Sebelum diberikan perlakuan, mencit
diberi suntikan aloksan, kemudian
pada hari ke 7 setelah pemberian
aloksan, dilakukan pengambilan
darah dan diukur kadar glukosanya
untuk mengetahui terjadinya kondisi
hiperglikemik (dihitung hari ke 0),
selanjutnya mencit dipelihara dan
diberi perlakuan setiap hari selama 14
hari. Sebelum pengambilan darah,
mencit dipuasakan terlebih dahulu
selama 10 jam. Pengambilan darah
dilakukan pada hari ke 7 dan 14 untuk
diukur kadar glukosanya
menggunakan haemoglukotest (11).
Identifikasi gas kromatografispektroskopi masa: Dari fraksi
kloroform yang didapat, dilakukan
identifikasi kandunganya
menggunakan gas kromatografispektroskopi masa (12, 13).
Pengelompokan hewan coba
Dari hewan yang didapat setelah
diaklimatisasi, dipilih 30 ekor dibagi
dalam 6 kelompok secara acak,
masing-masing kelompok terdiri dari 5
ekor, dan diberi perlakuan sebagai
berikut:
1) K1 adalah kontrol negatif, diinduksi
dengan aloksan dan diberi
aquadest
2) K2 adalah perlakuan, diinduksi
dengan aloksan dan diberi fraksi
kloroform ekstrak herba ciplukan
dosis 0,13 mg/hari/20 g bb mencit.
3) K3 adalah perlakuan, diinduksi
dengan aloksan dan diberi fraksi
kloroform ekstrak herba ciplukan
dosis 0,26 mg/hari/20 g bb mencit.
4) K4 adalah perlakuan, diinduksi
dengan aloksan dan diberi fraksi Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 63 - 69
66
kloroform ekstrak herba ciplukan
dosis 0,52 mg/hari/20 g bb mencit.
5) K5 adalah kontrol positif, diinduksi
dengan aloksan dan diberi
metformin HCl dosis 0,65 mg/20 g
BB mencit.
6) K6 adalah kontrol normal, tanpa
diinduksi dengan aloksan dan
tanpa perlakuan dengan fraksi
kloroform ekstrak herba ciplukan.
Masing-masing mencit mendapat
satu macam sediaan dengan dosis
yang sesuai seperti di atas, diberikan
secara per oral. Semua sediaan
diberikan setiap hari selama 14 hari.
Sebelum dan setelah pemberian
sediaan uji, diambil sampel darah
mencit pada hari ke 0, 7 dan 14 pada
masing-masing kelompok, ukur kadar
glukosa darah dengan glukometer
Selesai perlakuan, semua mencit
diistirahatkan ke dalam kandangnya
masing-masing dan diberi makan dan
minuman ad libitum. Setiap kali
sebelum pengambilan darah mencit,
mencit harus dipuasakan selama 10
jam.
Analisis data
Data yang diperoleh adalah kadar
glukosa darah masing-masing mencit
perlakuan dan kontrol pada hari ke 7
dan hari ke 14. Dari data yang
diperoleh yaitu kadar gula darah pada
hari ke 7 dan hari ke 14 dilakukan uji
statistik menggunakan analisis varian
(anava) satu arah, dan selanjutnya
dilakukan uji perbedaan berganda
Tukey HSD (14, 15, 16, 17).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi Herba Ciplukan
Berdasarkan hasil determinasi
yang dilakukan di Herbarium
Bogoriensis Bogor, herba ciplukan
yang digunakan untuk penelitian
adalah dari spesies Physalis angulata
L., familia Solanaceae. Dari 6 kg
simplisia herba ciplukan segar,
setelah dikeringkan diperoleh serbuk
simplisia sebanyak 400 g, dan
diperoleh ekstrak kental sebanyak
300 g.
Kadar Glukosa Darah pada Hari ke-
7 Perlakuan
Setelah mencit K1 sampai K5
diinduksi dengan aloksan, selanjutnya
seluruh mencit diberi perlakuan
sesuai dengan kelompoknya selama
7 hari. Pada hari ke-7 diambil
darahnya dan ditentukan kadar
glukosanya. Hasil penetapan kadar
glukosa darah mencit pada hari ke-7
perlakuan dapat diliha pada tabel 1.
Tabel 1
Kadar glukosa darah mencit hari ke-7 setelah perlakuan
Kelompok N Rata-rata Standar Deviasi
1 5 166.80 8.927
2 5 116.40 7.861
3 5 116.60 6.066
4 5 117.80 10.134
5 5 118.60 7.335
6 5 96.60 6.269
Total 30 122.13 22.898
Hasil uji perbedaan berganda
menunjukkan adanya perbedaan
kadar glukosa antara K1 (kontrol
negatif) dengan seluruh kelompok
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kadar gula darah kelompok yang Efek Antidiabetes dan Identifikasi Senyawa Dominan Dalam Fraksi Kloroform Herba Ciplukan
(Sediarso, Hardi Sunaryo, dan Nurul Amalia)
67
diinduksi dengan aloksan dan tidak
diberi perlakuan lain, mempunyai
kadar glukosa yang tinggi dan
berbeda signifikan terhadap kelompok
lain.
K2, K3, K4, dan K5 mempunyai
kadar glukosa darah yang berbeda
tidak signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa kelompok perlakuan selama 7
hari dengan fraksi kloroform herba
ciplukan dengan dosis 0,13 mg, 0,26
mg dan 0,52 mg/hari/20 g bb telah
memberikan penurunan kadar
glukosa darah sama dengan
pemberian metformin dosis 0,65
mg/hari/20 g bb.
K6, kelompok normal menunjukkan
kadar glukosa yang berbeda
signifikan dengan seluruh kelompok
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
penurunan kadar glukosa darah pada
K2, K3, K4 dan K5 belum mencapai
kadar normal.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberian fraksi kloroform herba
ciplukan dosis 0,13 mg/hari/20 g bb
dan pembberian metformin dosis 0,65
mg/hari/20 gg bb selama 7 hari dapat
menurunkan kadar glukoisa darah,
tetapi penurunannya b elum
mencapai kadar normal.
Kadar Glukosa Darah pada Hari ke-
14 Perlakuan
Setelah seluruh mencit diambil
darahnya pada hari ke-7, perlakuan
dilanjutkan hingga hari ke-14. Pada
hari ke-14, seluruh mencit diambil
darahnya dan ditetapkan kadar
glukosanya. Hasilnya dapat pada
tabel 2.
Tabel 2
Kadar glukosa darah mencit hari ke-14 setelah perlakuan
Kelompok N Rata-rata Standar Deviasi
1 5 164.4000 10.33441
2 5 77.6000 3.71484
3 5 80.0000 6.44205
4 5 79.6000 6.80441
5 5 93.6000 2.50998
6 5 85.0000 5.47723
Total 30 96.7000 31.79042
Hasil uji perbedaan berganda
menunjukkan adanya perbedaan
kadar glukosa antara K1 (kontrol
negatif) dengan seluruh kelompok
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
kadar gula darah kelompok yang
diinduksi dengan aloksan dan tidak
diberi perlakuan lain, mempunyai
kadar glukosa yang tinggi dan
berbeda signifikan terhadap kelompok
lain.
K2, K3, K4, dan K6 mempunyai
kadar glukosa darah yang berbeda
tidak signifikan. Hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan selama 14 hari
dengan fraksi kloroform herba
ciplukan dengan dosis 0,13 mg, 0,26
mg dan 0,52 mg/hari/20 g bb telah
memberikan penurunan kadar
glukosa darah hingga sama dengan
kontrol normal.
K5, kelompok kontrol positif yaitu
yang diberi perlakuan dengan
metformin, menunjukkan kadar
glukosanya berbeda signifikan
dengan kelompok perlakuan dengan
fraksi kloroform herba ciplukan, tetapi
berbeda tidak signifikan dengan
kontrol normal. Hal ini menunjukkan
pemberian fraksi kloroform herba
ciplukan memberikan penurunan Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 63 - 69
68
kadar glukosa darah lebih baik
daripada metformin.
Secara keseluruhan dapat ditarik
kesimpulan bahwa perlakuan dengan
fraksi kloroform herba ciplukan dosis
0,13, 0,26 dan 0,52 mg/hari/20 g bb
dan pemberian metformin dosis 0,65
mg/hari/20 g bb selama 14 hari dapat
menurunkan kadar glukosa darah
hingga mencapai kadar normal.
Hasil Kromatografi GasSpektroskopi massa
Fraksi kloroform yang didapat dan
yang telah diuji aktivitas
antidiabetesnya, diidentifikasi
kandungan kimianya menggunakan
gas kromatografi–spektroskopi
massa. Hasilnya dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3
Hasil identifikasi fraksi kloroform menggunakan
Kromatografi gas-spektroskpi massa
No Komponen
kimia
RT % Area BM Struktur
molekul
1. Hexanoic acid 4,85 2,63 116,16 C16H12O2
2. Hexadecanoic
acid, methyl
ester
27,86 3,43 270,26 C17H34O2
3. 9-Octadecenoic acid (Z),
methyl ester
31,17 5,77 296,27 C19H36O2
4. Nordextrometh
orphan
32,74 1,41 257,18 C17H23NO
5. Oleic acid,
Butyl Ester
35,73 42,64 338,32 C22H42O2
6. 9-Octadecenoic acid (Z)
35,83 4,59 296,27 C19H36O2
7. Octadeca-noic
acid
36,16 2,95 284,74 C18H36O2
8. 1,2-Benzendicarboxylic
acid
38,70 5,10 166,13 C8H6O4
9. Aplysterylacetate
46,24 2,60 456,40 C31H52O2
Hasil identifikasi dengan GC-MS
menunjukkan adanya senyawa asam
lemak tidak jenuh dan alkaloid yaitu
Nordextromethorphan. Senyawa
alkaloid Nordextromethorphan ini
mirip dengan senyawa turunan
morphin yang dapat menyembuhkan
penyakit diabetes neuropatik. Selain
itu, fraksi kloroform juga mengandung
asam lemak yaitu Hexanoic acid,
Hexadecanoic acid, 9-Octadecenoic
acid, Oleic acid dan Octadecanoic
acid, yang dibutuhkan oleh tubuh
sebagai prekursor hormon-kandungan
yang meregulasi banyak fungsi dari
tubuh. Oleic acid (9-Octadecanoic
acid) adalah asam lemak tidak jenuh
yang mekanisme kerjanya adalah
menghambat produksi glukosa dan
juga bersifat antioksidan yang dapat
menangkal terbentuknya radikal
bebas dalam tubuh. Selain itu juga
diketahui bahwa ada korelasi yang
signifiikan antara membran adiposit Efek Antidiabetes dan Identifikasi Senyawa Dominan Dalam Fraksi Kloroform Herba Ciplukan
(Sediarso, Hardi Sunaryo, dan Nurul Amalia)
69
asam oleat dengan insulin–yang
memediasi transpor glukosa. Selain
itu, terdapat senyawa
Aplysterylacetate yang merupakan
golongan steroid yang dapat
menstimulasi keluarnya insulin dari
pankreas.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian yang diperoleh
dapat disimpulkan bahwa:
1) Fraksi kloroform herba ciplukan
(Physalis angulata L.) dapat
menurunkan kadar glukosa darah
pada mencit jantan putih yang
diinduksi aloksan tetrahidrat.
2) Fraksi kloroform herba ciplukan
(Physalis angulata L.) mengandung
asam lemak tidak jenuh, alkaloid
Nordextromethorphan dan golongan
steroid yaitu Aplysterylacetate.
Selanjutnya disarankan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengisolasi senyawa apa yang
terdapat dalam fraksi kloroform herba
ciplukan yang mempunyai efek
antidiabetes.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Materia Medika Indonesia,
Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 1995.
hal. 199, 308, 313.
2. Raintree Nutrition. Carson City, NV.
www.rain-tree.com; 1996. Diakses
tanggal 10 Februari 2006
3. Suprijana O. Diabetes Melitus. Majalah
Orbital 1993: 26 – 29.
4. Ismail I. Pengaruh Pemberian Infus
Herba Ciplukan (Physalis angulata L.)
terhadap Kadar Glukosa Darah dan
Jumlah Sel -Pankreas pada Tikus
yang Diinduksi dengan Aloksan
(skripsi). Jakarta: Universitas
Pancasila; 2004. hal. 1-16.
5. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan. Sediaan Galenik.
Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan
Depkes RI; 1986. hal. 1 dan10.
6. Katzung M, Bertram G. Farmakologi
Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1998. hal. 663 dan 677.
7. Tjay TH dan Raharja K. Obat-obat
Penting, Khasiat Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya Edisi IV.
Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan,
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 1991. hal. 693
8. Kelompok Kerja Ilmiah Phytomedica.
Penapisan Farmakologi Pengujian
Fitokimia dan Pengujian Klinik.
Jakarta: Yayasan Pengembangan
Obat Bahan Alam Phytomedica;
1993. hal. 16-17.
9. Bowman WC and Rand MJ. Text
Book of Pharmacology 2
nd ed.
Blackwell Scientific Publication;
1980.
10. Budavari S. The Merck Index Ninth
Edition. New York: Merck & Co Inc;
1976. p. 39.
11. Johnson & Johnson Company.
Brosur life scan. USA: Milpitas
95035; 1995.
12. Stahl E. Analisa Obat secara
Kromatografi dan Mikroskopi.
Diterjemahkan oleh Padmawinata K
dan Soediro I. Bandung: Penerbit
ITB; 1985. hal. 3-18.
13. Gritter RJ dan Blaschke G.
Pengantar Kromatografi.
Diterjemahkan oleh Padmawinata K
dan Soediro I. Bandung: Penerbit
ITB; 1991. hal. 21-34.
14. Steel RGD dan Torrie JH. Prinsip
dan Prosedur Statistika. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama; 1991. hal. 168-205.
15. Sudjana. Desain dan Analisis
Eksperimen Edisi III. Bandung:
Penerbit Tarsito; 1991. hal. 15-50.
16. Tim Penellitian dan Pengembangan
Wahana Komputer. Pengolahan
Data Statistik dengan SPSS 10.0.
Jakarta: Infotek; 2001. hal. 85-92.
17. Santoso S. Mengatasi Berbagai
Masalah Statistik dengan SPSS versi
11.5. Jakarta: Penerbit PT Elex
Media Komputindo Kelompok
Gramedia; 2005. hal. 291-304
Tidak ada komentar:
Posting Komentar