EMULSI
I.PEMAHAMAN
EMULSI SECARA UMUM
1.Macam
– macam pengertian Emulsi
§ Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang
tidak mau campur, biasanya air dan minyak dimana caira suatu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
§ Emulsi adalah suatu disperse di mana fase terdispers terdiri dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak
bercampur.
§ Emulsi adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak
kurang dari sebuah fase cair yang tidak bercampur, yang terdispersi dalam fase
cair lainnya, dalam bentuk tetesan-tetesan, dengan diameter secara umum, lebih
dari 0,1 μm.
Secara umum, emulsi merupakan system yang
terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur, yaitu fase dalam (internal)
dan fase luar (eksternal).
Komponen emulsi :
· Fase dalam (internal)
· Fase luar (eksternal)
· Emulsifiying Agent (emulgator)
Flavour dan pengawet yang berada dalam fasa air
yang mungkin larut dalam minyak harus dalam kadar yang cukup untuk memenuhi
yang diinginkan.
Emulgator merupakan komponen yang peting untuk
memperoleh emulsi yang stabil. Ada dua macam tipe emulsi yang terbentuk
yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi ke dalam fase air, dan
tipe A/M dimana fase intern air dan fase ekstern adalah minyak. Fase intern
disebut pula dase dispers atau fase discontinue.
Penggunaan emulsi dibagi menjadi dua golongan
yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untk
pemakaian dalam meliputi per oral atau pada injeksi intravena yang untuk
pemakaian luar digunakan pada kulit atau membrane mukosa yaitu linemen, losion,
cream dan salep. Emulsi untuk penggunaan oral biasanya mempunyai tipe M/A.
emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutupi rasa tak enak
itu. Flavour ditambahkan pada fase ekstern agara rasanya lebih enak. Emulsi
juga berpaedah untuk menaikan absorbsi lemak melalui dinding usus. Penggunaan
emulsi untuk parenteral dibutuhkan perhatian khusus dalam produksi seperti
pemilihan emulgator, ukuran kesamaan butir tetes untuk injeklsi intravena.
Lecithin tidak pernah dipakai karena menimbulkan hemolisa. Pembuatan
emulsi untuk injeksi dilakukan dengan membuat emulsi kasar lalu dimasukan
homogenizer, di tampung dalam botol steril dan disterilkan dalam auto klap dan
di periksa sterilitas serta ukuran butir.
Untuk pemakaian kulit dan membrane mukosa
digunakan sediaan emulsi tipe M/A atau A/M. emulsi obat dalam dasar salep dapat
menurunkan kecepatan absorbsi dan eksintensinya absorbsi melalui kulit dan
membrana mukosa. Contoh: suspensi efedrin dalam emulsi M/A bila dipakai
pada mukosa hidung di absorbsi lebih lambat si banding larutannya dalam minyak,
jadi diperoleh prolonged action. Tetapi emilsi kadang-kadang dapat menaikan
kecepatan absorbsi perkusen dengan kata lain absorbsi kedalam dan melalui kulit
.
2.Metode Pembuatan Emulsi
·
Metode Gom Kering
Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat
dengan jumlah komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah
emulgator. Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1
bagian emulgator.
Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan
air sekaligus dan diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk
korpus emulsi.
·
Metode Gom Basah
Disebutt pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi
dengan musilago atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan
perbandingan 4;2;1 sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika
emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam
air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk,
dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.
·
Metode Botol
Disebut pula metode Forbes (1). Metode inii
digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan
kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan variasi dari metode gom kering atau
metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian
diencerkan dengan fase luar.
·
Metode Penyabunan In
Situ
a. Sabun Kalsium
Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air
jeruk,yang dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam
jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium
oleat, dibentuk secara in situ disiapkan dari minyak sayur alami yang
mengandung asam lemak bebas.
b. Sabun Lunak
Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan
asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen
tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan hingga meleleh,
jika kedua fase telah mencapai temperature yang sama, maka fase eksternal
ditambahkan kedalam fase internal dengan pengadukan.
c. Pengemulsi Sintetik
Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode
tambahan (1).
Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ
dengan menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi
ditambahkan pada fase dimana ia dapat lebih melarut. Dengan perbandingan untuk
emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat metode penyabunan. Beberapa
tipe peralatan mekanik biasanya dibutuhkan, seperti hand homogenizer .
3.Beberapa sifat emulsi yang penting:
- Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila
terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan
perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk
pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam
air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan
naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air
dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air
akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses
demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks
yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat
(CH3COOH).
- Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium
pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang
dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat
dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
4.Teori Emulsifikasi
A. Adsorbsi multi molekuler
Emulgator koloid lyofil hidrat dapat dianggap
surface active karena dapat tampak pada antarmuka M/A dan perbedaannya dengan
S.A.A sintetik ialah :
a. Emulgator koloid lyofil hidrat tidak menurunkan
tegangan antar muka
b. Emulgator koloid lyofil membentuk milti molekuler film pada
antarmuka
Aksinya sebagai emulgator adalah karena membentuk film
multimolekuler yang kuat da mencegah terjadinya koalesens. Efeknya sebagai
tambahan yang menambah stabilitas ialah menaikkan viskositas media dispers.
Tipe emulsi ditentukan oleh sifat emulgator dan dapat disusun
sebagai berikut:
1.
emulgator yang larut
atau lebih suka air (tween sabun natrium) maka akan terbentuk tipe emulsi M/A
dan emulgator akan larut atau suka minyak (sabun kalsium, span) akan terbentuk
tipe emulsi A/M.
2.
bagian polar molekul
emulgator umumnya lebih baik untuk melindungi kolesen. Maka itu memungkinkan
membuat emulsi M/A volume fase intern yang relative tinggi. Sebaliknya emulsi
tipe A/M volume fase intern akan terbatas, apabila air cukup banyak akan
terjadi inverse.
3.
tipe emulsi juga dapat
mempengaruhi viskositas tiap fase.
Tegangan antar muka dapat di bedakan dengan tiga cara:
a.
penambahan surfaktan
yang menurunkan tekanan antar muka atau antara dua cairan yang tak tercampur.
b.
Penambahan substansi
yang menyusun melintang diantara permukaan dari dua tetes cairan, jadi memegang
bersama-sama dengan kekuatan.
c.
Penambahan zat akan
membentuk lapisan film disekeliling butir-butir dari fase dispers, secara
mekanis melindungi mereka dari penggabungan butir tetes-tetes.
Teori tentang terbentuknya emulsi terdiri dari :
1.
teori tegangan permukaan
teori ini dapat menjelaskan bahwa emulsi terjasi bila di tambah
suatu substansi yang menurunkan tegangan antar muka diantara dua cairan yang
tak tercampur.
2.
teori orientasi bentuk
baji
teori ini menjelaskan fenomena terbentknya emulsi dengan dasar
adanya kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang
bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan adanya bagian yang suka minyak
atau mudah larut dalam minyak.
3.
teori film plastic
teori ini menjelaskan bahwa enulgator ini mengnedap pada permukaan
masing-masing butir tetesan fase disper dalam bentuk film yang plastis. Lapisan
ini mencegah terjadninya kontak atau berkumpulnya butir-butir tetes cairan yang
sama. Efek emulgator disini adalah murni mekanis dan tidak tergantung adanya
tegangan permukaan.
B. Adsorbsi partikel padat
Particle padat teabgi halus dibasahi sebagian oleh minyak sebagian
oleh air dapat bekerja sebagai emulgator. Serbuk yang suka di basahi oleh air akan
membentuk emulsi tipe M/A, sedangkan yang lebih mudah di basahi oleh minyak
akan membentuk emulsi tipe A/M.
5.Stabilitas Fisik Dan Emulsi
1.
Creaming
dan Hk.Stokes
Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan
terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika
densitas relative dari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase
dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system
farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air;
sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe
m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan
tipe a/m.
2.
Penilaian
Kestabilan
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/
larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka
keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik
terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya.
Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi
pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan
teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1) Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk
agregat dan mengendap,
2) Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan
lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
emulsi, adalah:
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan
antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi
BAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
UJI EMULSI
EMULSI dalam bahan
pangan, misalnya pada
·
french dressing,
·
cheese cream,
·
mayonnaise, susu,
mentega, margarin dan kuning telur.
Emulsi adalah campuran antara
partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya
(fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan tak dapat
bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Dikarenakan
setiap bahan pangan memilki karakteristik masing-masing maka setiap bahan
pangan memiliki jenis emulsi dan pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda.
Salah satu dari zat cair
tersebut tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain
distabilkan dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan).
Emulsi tersusun atas
tiga komponen utama, yaitu:
·
Fase terdispersi (zat cair yang
terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal).
·
Fase pendispersi (zat
cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase
eksternal).
·
Emulgator(zat yang
digunakan dalam kestabilan emulsi).
Ada dua tipe emulsi,
yaitu:
a)
Emulsi A/M yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyak. Air berfungsi
sebagai fase internal & minyak sebagai fase eksternal)
b)
Emulsi M/A yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air.
Pada emulsi A/M, maka butiran-butiran
air yang diskontinyu terbagi dalam minyak yang merupakan fase kontinyu,
Sedangkan untuk emulsi M/A adalah sebaliknya. Kedua zat yang membentuk emulsi
ini harus tidak atau sukar membentuk larutan dispersirenik.
Kestabilan Emulsi
Bila dua larutan murni
yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu
dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut
emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah
dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat
cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya
muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat
singkat .
Kestabilan emulsi
ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1.
Gaya tarik-menarik yang
dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan
partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,
2.
Gaya tolak-menolak yang
disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama.
Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid
Faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:
1.
Tegangan antarmuka
rendah
2.
Kekuatan mekanik dan
elastisitas lapisan antarmuka
3.
Tolakkan listrik double
layer
4.
Relatifitas phase pendispersi
kecil
5.
Viskositas tinggi.
Adapun cara pembuatan
emulsi dapat dilakukan dengan
1.
Dengan Mortir dan
stamper
Sering digunakan membuat
emulsi minyak lemak dalam ukuran kecil.
1.
Botol
Minyak dengan viskositas
rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol pengocokan dilakukan
terputus-putus untuk memberi kesempatan emulgator untuk bekerja.
1.
Dengan Mixer
Partikel fase dispersi
dihaluskan dengann memasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau
berputar dengan kecepatan tinggi.
1.
Dengan Homogenizer
Dengan melewatkan
partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel akan mempunyai
ukuran yang sama
sama", saling berbagi biar ilmu tambah...
BalasHapus